Sunday, July 22, 2007

PRAKTEK LAPANGAN

Ams 3:9 Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,

Minggu 22 Juli 2007, 09.30. mobil saya di tabrak (tepatnya di serempet dalem banget), di jalan Muka GII- Dago. Tanpa berfikir panjang saya segera Turun dari mobil, untuk langsung menemui si penyerempet dan menyiapkan Jurus untuk menyerang.
Ternyata bukan mobil saya saja yang menjadi korban. ada dua korban lainnya yaitu, Tukang Bapao, dan sebuah mobil milik seorang majelis Gereja.
bila di lihat berdasarkan Tingkat Kerugian dari tiap personil, maka Tukang bapao mungkin yang mengalami kerugian terbesar,(bapaonya masih panas, bertaburan di aspal), lalu kedua mobil pak Majelis (jelas jelas dekok lebih dalam dari mobil saya) dan terakhir mobil saya. maka berdasarkan itu pulalah saya men-delay amarah saya dan membiarkan para korban 2 yang lebih parah untuk marah terlebih dahulu.
dalam waktu singkat terjadi sidang di pinggir jalan dengan terdakwa : mahasiswi, tingkat akhir, dengan SIM baru berusia 17 hari, pucat, gemetar,
dan saya siap siap sebagai Jaksa penuntut Umum 3, setelah tukang bapao dan Pak majelis tadi.
Namun....., suasana persidangan berlangsung sangat....sangat slowly bin familiar pisan. Mas Tukang Bapao dan Bapak Majelis tadi tidak melakukan penyerangan penyerangan secara emosional. Bapak Majelis bahkan terlihat begitu sabar dalam menyikapinya, sebagai seorang pensiunan, normalnya beliau menuntut perbaikan total, sebagai seorang pensiunan maka wajar apabila beliau menuntut sim / identitas si penabrak di tahan sebagai jaminan.
" Saya mengerti dek, saya seorang pensiunan pengajar dan adek pun seorang mahasiswa. semua ini sudah terjadi, tak bisa kita hindari, " ujarnya dengan penuh ketenangan.
perlahan amarah saya hilang,.. saya malu sebagai seorang yang masih muda, bekerja, punya penghasilan yang lebih dari cukup, namun tak punya jiwa pengertian yang begitu mendalam.
saya malu dengan amarah saya yang siap saya muntahkan. kata-kata beliau seperti belaian ibu yang redakan amarah. beliau telah berhasil menjadi seorang Pelayan bukan hanya dalam gereja namun juga di luar gereja. Beliau juga berhasil menjadi pembawa kabar baik bukan secara verbal tapi secara tindakan. Beliau berhasi memaafkan dan mengerti bukan hanya pada saudara seiman tapi juga pada mahasiswi si penabrak tadi.
semalam saya merenungkan apa yang terjadi pagi itu, diantara sekian banyak mobil di GII dago, Ternyata Tuhan telah memilih mobil saya untuk ditabrak agar saya dapat belajar dan melihat secara langsung penyelesaian masalah tanpa emosi, tanpa amarah.
dan terjadi suatu tamparan dalam diri saya, kejadian itu juga membuka mata saya yang terkadang menghakimi berfikiran negatif ttg orang gereja (aktivis gereja), bahwa mereka terlihat bersih hanya dalam gereja saja. OH Forgive me Lord....
tadi pagi Pak Majelis tersebut menelpon saya, kita berbicara tidak lama. namun satuhal terukir indah di hati saya.
beliau berkata:" Semua hanyalah barang yang Tuhan titipkan pada kita, alangkah baiknya bila barang tersebut bisa menjadi berkat bukan hanya buat kita tapi juga buat orang lain".
saat itu pula saya putuskan untuk tidak menuntut apa pun dari sang penabrak.
pagi ini goresan di pintu mobil itu terlihat begitu indah. Saya tersenyum setiap kali melihat goresan itu, karena goresan itu mengajarkan saya arti memaafkan.
Karawang, 23.07.2007, 06.30 am
A.Kristanto

1 comment:

Reason said...

Kenapa takut marah? Marah itu kan reaksi emosi yang juga merupakan salah satu mekanisme pertahanan manusia yang dianugerahkan dari Nya.

Mungkin yang sering jadi masalah, dan yang harus dikelola dengan baik adalah: kapan, bagaimana dan terhadap siapa kita harus menunjukkan rasa marah itu.

Makanya ada 'quote' yang mengatakan : "Do not teach your children never to be angry; teach them how to be angry" ~ Lyman Abbott

So.. belajar lah untuk mengelola rasa marah dengan baik :) Emang gampang? hehe..